Ranukumbolo

Ranukumbolo
Surganya Gunung Semeru

Jumat, 19 September 2014

Itinerary Perjalanan

• Kamis, 17 April 2014

Flight dari Bandara Juanda Surabaya jam 13.15 dan sampai di Chang-I Airport jam 16.40 (waktu Singapura). Setelah sampai di Chang-I Airport keluar ke terminal 2 lalu naik MRT turun di Tanah Merah lalu pindah ke jalur hijau jurusan Joo Koon dan turun di stasiun MRT Jurong East lalu pindah MRT jalur merah jurusan Kranji. Setelah dari stasiun Kranji ke terminal bus Queen Street naik bus Causeway Link atau SBS Bus 170 jurusan Johor Baru. Dari terminal Larkin Johor Baru menunggu untuk naik Transnasional Bus pada pukul 23.30 (30 menit sebelum keberangkatan harus sudah stay di Terminal Johor, JB Larkin Terminal (BT 21-24), Terminal Pengangkutan Awam). Perjalanan menuju Kuala Lumpur sekitar 4,5 jam. Dan akan turun di Terminal Bersepadu Selatan Kuala Lumpur.

• Jum’at, 18 April 2014
Sampai di Terminal Bersepadu Selatan Kuala Lumpur sekitar jam 5 pagi. Langkah selanjutnya adalah mencari masjid untuk melaksanakan sholat shubuh. Setelah sholat shubuh naik KTM Komuter menuju KL Sentral. Tujuan pertama adalah Batu Caves naik KTM Komuter Sentul – Portlang. Dari Batu Caves kembali lagi ke KL Sentral lalu naik Kelana Jaya Line menuju KLCC. Setelah kembali naik Kelana Jaya Line turun di Pasar Seni. Dari Pasar Seni kembali ke KL Sentral naik KLIA Transit atau KLIA Ekspres menuju KLIA ( Kuala Lumpur International Airport). Menunggu pesawat ke Singapura jam 18.30.
Setelah sampai di Chang-I Airport sekitar pukul 19.45 ke statiun MRT di terminal 2 naik MRT jalur hijau turun di Tanah Merah lanjut jalur hijau jurusan Joo Koon turun di stasiun Paya Lebar pindah jalur kuning turun di Serangoon pindah jalur ungu turun di stasiun Boon Keng. Dari stasiun Boong Keng jalan sekitar 15 menit ke Moni Galery Hostel (263 Lavender Street).

• Sabtu, 19 April 2014
Pagi hari setelah breaskfast dari hostel menuju Stasiun Boon Keng naik MRT jalur ungu lalu turun di Harbourfront. Setelah turun lalu berjalan keluar ke arah Vivo City lalu naik bus di depan mall lalu jalan kaki lewat board walk ke Sentosa Island. Berkeliling Sentosa Island dari pagi sampai sore. Kembali lagi ke Harbourfront naik MRT jalur ungu ke Chinatown. Menikmati Chinatown malam hari untuk mengunjungi Sri Mariaman Temple, Mustafa center, Al – Abra Mosque dan Budha Tooth Relic Temple lanjut Clarke Quay di malam hari. Setelah itu balik ke hostel naik MRT jalur ungu ke Boon Keng.

• Minggu, 20 April 2014
Bangun pagi sekitar jam 08.00 siap – siap untuk destinasi selanjutnya. . Dari stasiun Boon Keng naik MRT jalur ungu turun di Dhouby Gaut pindah jalur merah jurusan Orchard turun di stasiun MRT Orchard jalan – jalan ke Orchard sampai siang lalu balik naik MRT jalur merah dari stasiun Orchard turun di City Hall lalu berjalan lewat ST. Andrew’s Cathedral menuju Hostel Fullerton lalu menyebrang ke Merlion Park lanjut ke Esplanade dan ke Marina Bay untuk menikmati Singapore Flyer. Kemudian mengunjungi War Memorial Park, Raffles Landing Site, Tan Kim Seng Fountain. Setelah itu kembali ke hostel naik MRT jalur merah turun di Dhouby Gaut pindah jalur ungu turun di hostel.

• Senin, 21 April 2014
Siap – siap kemas barang setelah breakfast, checkout maksimal jam 11.00 kemudian ke stasiun Boon Keng naik MRT jalur ungu turun di Harbourfront naik MRT jalur kuning ke Haw Par Villa turun di Stasiun Haw Par Villa untuk menikmati suasana Haw Par Villa. Kembali ke stasiun Haw Par Villa naik jalur kuning ke Buona Vista pindah jalur hijau arah jalur hijau Chang-I sampai Tanah Merah turun pindah jalur hijau ke Chang-I Airport. Dan menunggu penerbangan ke Indonesia sekitar jam 18.40 dari Chang-I Airpot dan kemungkinan sampai di Indonesia jam 20.05 wib.

Jalur MRT di Singapura dan LRT atau KM Komuter di Malaysia

Berikut saya contohkan peta jalur MRT di Singapura dan LRT atau KM Komuter di Malaysia. Mungkin saja berguna bagi kalian yang ingin berkunjung ke Singapura atau Malaysia nantinya.
Selamat mempelajari hehehe


STP (Standart Tourist Pass) kartu ajaib keliling Singapura

STP (Standart Tourist Pass) atau bisa kita sebut kartu ajaib untuk keliling Singapura. Ya, kartu ini memang kecil menyerupai KTP namun fungsinya jauh berbeda.
STP adalah alat pembayaran yang wajib dimiliki wisatawan yang sedang melakukan perjalanan untuk membayar jasa transportasi umum utama di Singapura yakni MRT, LRT dan bus. Kalau untuk penduduk Singapura asli yang setiap hari bergantung pada MRT mereka menggunakan kartu EZ-Link. EZ-Link dan STP dikeluarkan oleh perusahaan yang sama. Bedanya Kartu EZ-Link berlaku sampai 5 tahun dan bisa di top up sesuai kebtuhan namun STP hanya berlaku maksimal sampai 3 hari dan lebih hemat biaya. Namun setelah STP habis masa berlakunya maka STP juga dapat digunakan seperti EZ-Link. Ketika berkunjung ke Singapura memilih STP merupak cara yang paling tepat untuk menghemat biaya transportasi MRT ketimbnag harus membeli Standart Ticket secara terpisah.

Untuk penjelasan lebih lanjutnya simak postingan berikut :

Singapore Tourist Pass (STP) adalah kartu pass yang bisa anda gunakan untuk menaiki transportasi umum di Singapura secara tak terbatas. Anda cukup membeli kartu ini, dan anda bisa naik angkutan umum MRT, LRT serta bus berulang kali tanpa membayar lagi.

Kartu ini didesain untuk turis yang tinggal di Singapura selama 1-3 hari saja.

Ada beberapa pilihan berapa hari kartu tersebut dapat digunakan. Anda dapat memilih 1,2, atau 3 hari. Bila anda tinggal 2 hari di Singapura, anda cukup membeli kartu 2-Day Pass, maka dalam dua hari tersebut anda bebas naik angkutan umum tanpa perlu bayar lagi.

Harga Singapore Tourist Pass
Anda bisa membeli kartu STP ini di counter-nya langsung atau pesan lewat internet.

Beli di counter Beli lewat internet
1 Day Pass $10 $20
2 Day Pass $16 $26
3 Day Pass $20 $30
Pembelian STP di counter menggunakan sistem sewa kartu. Anda harus mendepositkan uang $10, yang akan dikembalikan ketika anda mengembalikan kartu STP. Jadi pada saat beli di counter ada tambahan $10 sebagai uang deposit atau sewa kartu.

Bila dalam 5 hari anda mengembalikan kartu tersebut, maka uang $10 bisa anda ambil. Bila tidak dikembalikan, maka kartu menjadi milik anda dan dapat diisi ulang seperti kartu EZ-Link biasa.

Tempat Beli Singapore Tourist Pass

Hanya counter-counter tertentu saja yang melayani penjualan STP. Tidak semua stasiun menyediakan kartu ini. Jadi hanya di counter-counter ini anda bisa membelinya:

Changi Airport 12:00 pm – 03:45 pm
& 04:45 pm – 07:30 pm Daily
Orchard 10:00 am – 09:00 pm Daily
Chinatown 12:00 pm – 03:45 pm
& 04:45 pm – 07:30 pm Daily
City Hall 09:00 am – 09:00 pm Daily
Raffles Place 08:00 am – 09:00 pm on Weekdays
08:00 am – 05:00 pm on Saturday
Closed on Sundays and Public Holidays
Ang Mo Kio 08:00 am – 09:00 pm Daily
HarbourFront 10:00 am – 09:00 pm Daily
Bugis 10:00 am – 09:00 pm Daily
Kartu STP Kadaluarsa

Durasi kartu STP dihitung dari anda beli kartu, sampai transportasi umum tutup tengah malam. Jadi bila pada pukul 16.00 anda beli 1 Day Pass, maka kartu anda valid dari pukul 16.00 sampai tengah malam pada hari itu juga.

Bila kartu anda expired, maka anda dapat membeli lagi kartu di counter-counter di atas. Kartu yang sudah lewat 5 hari dari tanggal pembelian tidak dapat dikembalikan lagi deposit uangnya.

Bila anda tidak mau membeli lagi, anda bisa melakukan top-up di mesin-mesin tiket sebagaimana kartu EZ-Link.

Apa Beda STP dan EZ-Link Card?

STP dan EZ-Link adalah produk dari perusahaan yang sama. STP lebih ditujukan untuk turis, sedang EZ-Link lebih ditujukan untuk orang yang tinggal lama di Singapura. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di Kartu EZ-Link Card.

Sebagai turis, anda bisa membeli salah satu. Bila anda tinggal di Singapura selama 1-3 hari saja anda bisa membeli STP. Bila anda tinggal di Singapura lama, atau sering ke Singapura, atau berencana kembali lagi ke Singapura lain waktu, kartu EZ-Link cocok buat anda.

Sistem STP adalah sistem sewa, jadi bila dihitung-hitung relatif lebih murah bagi turis daripada beli EZ-Link.

Cara menggunakan Singapore Tourist Pass

Selama masih berlaku, penggunaan STP sama seperti kartu EZ-Link. Anda tinggal men-tap kartu ke mesin sebelum anda memasuki stasiun atau bus. Pada saat keluar stasiun atau bus anda wajib men-tap kartu lagi agar biayanya dihitung sempurna.

Day 2 : Mencumbu Sentosa Island, USS, sekaligus Clarke Quay

Hari kedua, semenjak kedatangan kami di Singapura. Sebenarnya kami sudah sampai di Singapura 1 hari sebelumnya tapi kami memilih untuk melewatkannya terlebih dahulu karena kami ingin menggapai Malaysia lewat jalur darat dari Singapura. Jadi inilah kali kedua kami menginjakkan kaki di Chang-I Int. Airport Singapura.Karena kami sampai di Singapura ketika hari sudah lumayan gelap jadi kami bergegas mencari stasiun MRT awal dari Chang-I Airport menuju stasiun tujuan kami ke Boong Keng. Oh iya, satu hari sebelumnya saat kami pertama kali tiba di Chang-I Airport setelah melewati proses imigrasi kami menuju stasiun MRT Chang-I untuk membeli kartu STP (Singapore Tourist Pass) yang digunakan wisatawan saat berkunjung di Singapura sebagai alat pembayaran transportasi umum utama atau MRT, LRT, dan bus di Singapura. Kartu ini memiliki masa berlaku sesuai jangka waktu yang diinginkan. Yakni 1 hari, 2 hari, atau 3 hari sesuai kebutuhan. Dan sistem pembayarannya akan otomatis terpotong saat sampai di stasiun - stasiun yang dituju. Untuk harganya lumayan terjangkau dan otomatis hemat daripada harus membeli Standart Ticket terpisah. Untuk STP (Singapore Tourist Pass) yang 3 hari harganya $30 SGD dan kalian bisa berkeliling Singapura sepuasnya selama 3 hari tanpa tambahan biaya lagi.

Setelah kami dari stasiun Chang-I kami langsung menuju terminal 2 untuk sampai di Tanah merah kemudian berpindah jalur. Yang terpenting kalau kalian berkunjung ke Singapura dan memanfaatkan MRT kalian harus siap - siap dan rela berpindah - pindah jalur MRT sesuai tujuan karena memang di Singapura jalur MRT nya lumayan banyak. Mulai jalur hijau, kuning, merah, dan ungu yang mungkin menurut kalian ribet tapi sebenarnya tidak kalau kalian mempelajarinya sebelum berangkat ke Singpura. Maka dari itu, dalam hal ini kalau kalian ingin trip ke luar negeri hendaknya kalian menyiapkan itinerary terlebih dahulu dari tempat asal kalian agar ketika sampai disana kalian tidak panik sekaligus bingung. Contoh initerary kami selama di Singapura.

Selama perjalanan dari Chang-I ke Lavender Street tempat hostel kami menginap di Singapura kami telah melwati beberapa kali pindah jalur. Mulai jalur hijau, kuning dan ungu akhirnya tibalah kami di Mony Galery Hostel. Hostel ini terletak di 263 Lavender Street, 15 menit jalan kaki dari stasiun Boong Keng. Hostelnya lumayan nyaman sekaligus murah untuk ukuran backpacker seperti kami. Setelah melakukan penyelesaian booking kepada petugas akhirnya kami bisa menikmati sedikit kenyamanan tidur pertama kami di hostel. Kami harus segera mengistirahatkan badan karena besok perjalanan hari petama kami di Singapura akan dimulai. Sentosa Island, USS, Clarke Quay tunggu kami...

Pagi telah tiba, saatnya kami bergegas menyiapkan diri untuk perjalanan pertama kami ke Sentosa Island. Setelah mandi, dandan, dan sarapan pagi kami siap melanjutkan perjalanan kami kali ini. Dari Stasiun Boong Keng kami hanya menempuh satu jalur yakni jalur ungu untuk sampai di Vivocity Mall kemudian melanjutkan berjalan melewati Sentosa Boardwalk untuk sampai ke Sentosa Island dan USS.
Sentosa Boardwalk seperti jembatan yang menghubungkan dari Vivocity Mall ke Sentosa Island. Jalur ini biasa digunakan untuk menghemat biaya menuju Sentosa Island karena harga tiket masuknya hanya $1 SGD per orang lebih murah daripada harus menggunakan kereta gantung yang harganya jauh lebih mahal. Setelah berjalan kurang lebih 1 KM akhirnya kami memasuki wilayah gugusan Sentosa Island yang termasuk di dalamnya ada USS (Universal Studio Singapore). Salah satu ikon wisata milik Singapura yang tersohor dan tidak afdol rasanya kalau berkunjung ke Sigapura kalau tidak mengunjunginya sekalian. Tapi saat di Sentosa Island kami hanya menyempatkan untuk berfoto di depan globe besar khas USS karena biaya tiket untuk masuk USS terlalu mahal, sekitar $80 SGD. Harga itu menurut kami sangat melampaui budget hehe.

Dari globe besar USS kami berkeliling menyusuri Sentosa Island. Saat berjalan berkeliling kami tertarik untuk masuk ke Candylicious karena tergoda diskon. Meskipun hanya membeli satu bungkus marshmallow seharga $2.5 SGD setidaknya kami bisa numpang berfoto ria di dalamnya hehe.
Kemudian karena saat itu kami sedikit kelelahan dan haus akhirnya kami memutuskan beristirahat sejenak sambil minum Gong Cha dan makan Crispy Chicken di Hotstar. Untuk minuman dan makanan kami berempat, kami harus merogoh kantong $18.20 SGD harga yang lumayan fantastis untuk sekedar makanan dan minuman ringan. Setelah istirahat sejenak kami bergegas menuju Siloso Beach, sebuah pantai yang berada di wilayah Sentosa Island dan wajib dikunjungi menggunakan bus khusus milik Sentosa Island secara gratis. Meskipun lumayan jauh jaraknya namun kami merasa puas karena kami bisa menikmatinya sekaligus. Pantainya tidak terlalu luas dan cenderung aman karena ombaknya juga tidak besar. Pasir putihnya halus namun panas karena Singapura termasuk negara yang gersang.
Setelah puas menikmati Siloso Beach kami kembali menggunakan bus gratis untuk kembali dan melanjutkan perjalanan menuju Chinatown.
Chinatown adalah kawasan penduduk keturunan china yang tinggal di Singapura dan juga merupakan surga belanja murah di Singapura untuk membeli oleh - oleh dan beragam makanan di Singapura. Chinatown suasananya seperti di kembang jepun Surabaya meskipun jauh lebih bagus di Chinatown sih tapi tidak beda - beda jauh lah. Bnayka aksen Lampion dan hiasan khas negeri tiongkok yang memenuhi kawasan Chinatown. Karena seharian perut kami belum terisi makanan akhirnya kami melirik Nasi Lemak khas negara Malaysia. Murah memang tapi menurut kami makanan itu tidak sesuai dengan lidah orang Indonesia hehe (menurut kami sih).

Hari mulai sore, setelah kami berkeliling menikmati kuliner dan membeli oleh - oleh di Chinatown kami menyempatkan berjalan untuk melihat Sri Mariaman Temple. Sebuah candi milik umat hindu india yang berada di Singapura. Kami hanya berfoto di luar candi karena kalau masuk ke dalamnya harus membayar sejumlah uang. Perjalanan harus kami lanjutkan ke Clarke Quay. Memang dari awal kami ingin menikmati suasana malam di Clarke Quay. Salah satu pusat kegiatan malam hari warga Singapura yang ingin menikmati dan menghabiskan malam disana. Karena bertepatan hari itu adalah malam minggu jadi suasana di Clarke Quay sangat ramai. Disana kami melewatkan malam sambil menikmati es krim asli Singapura. Hanya dengan $5.60 SGD kami bisa menikmati es krim yang lembut dan enak. Es krim double rasa black coffe dan avocado, itu es krim favorit kami.

Hari sudah menunjukkan pukul 10 malam waktu Singapura. Kami harus bergegas pulang karena MRT terkakhir yang beroperasi di Singapura hanya sampai jam 11 malam. Kami kembali menggunakan MRT jalur ungu untuk sampai ke hostel. Kami harus mengistirahatkan kembali tubuh kami sebelum melanjutkan hari ketiga. Orchard, Merlion Park, Esplanade kami datang...

Day 1 : One Day Trip to Malaysia

“ Ladies and gentleman, welcome to Singapore. We have landed at the International Chang-I Airport Singapore. You should know that the difference between Indonesia and Singapore is 1 hour. And we have landed promptly at 17.10 p.m. We represent the captain and all the crew members to thank you for the trust you make the flight with us. I hope we can meet again in the next flight. Thank you. “
Suara ramah pramugari itu seketika membangunkan kami dari tidur yang lelap. Hampir setengah jam kami terjaga dari tidurnya di atas pesawat. Ya, siang itu kami melakukan penerbangan dari Indonesia ke Singapura. Rasa tidak percaya masih melekat rekat dibenak. Kami berhasil sampai di negara tetangga yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Tepat pukul 17.10 waktu Singapura menjadi pertama kali kami menginjakan kaki di Singapura. Kami yang terdiri dari saya sendiri Desy, Fera, Warti, dan Nanik. Mimpi yang dengan susah payah kami wujudkan demi satu tujuan “TRAVELING”.
Awalnya rencana ini hanya menjadi sebuah wacana, namun lambat laun mengoyak hati bahwa kami memang harus mewujudkannya. Dan akhirnya kami memilih traveling perdana dengan jalan Backpaker. Traveling dengan estimasi biaya atau budget yang minim namun bisa merasakan kemewahan dengan versi kami sendiri. Meskipun harus menjalani susah payah dan sedikit mengeluarkan banyak tenaga tapi menurut kami kepuasan justru terletak di dalam kesusahan itu.
Well, kita lanjut ke cerita selanjutnya. Ya seperti kebanyakan orang pada umumnya yang memang sebelumnya tidak mengenal apapun atau suatu daerah yang baru, kami kagum bercampur bingung ketika pertama kali turun dari pesawat dan masuk dalam bandara udara yang jadi salah satu bandara terbesar di dunia. Selain menjadi bandara yang terbaik Asia dan dunia, bandara ini juga merupakan bandara transit bagi para penumpang yang ingin terbang ke Malaysia dan banyak negara di benua Asia. Kami benar – benar tidak menyangka bahwa kami bisa melakukan semua ini. Mewujudkan mimpi yang awal mulanya hanya isapan jempol belaka tapi tanpa disadari kami mampu mengubahnya menjadi sebuah kenyataan. Bagai kawanan beberapa ekor anak ayam yang kehilangan induknya, disana kami hanya berbekal itinerary dan peta transportasi sederhana khas Singapura atau yang biasa disebut “MRT”. Kami mulai meraba dan menenmukan jalan kami sendiri. Bertanya kesana kemari dengan bahasa inggris (padahal diantara kami berempat hanya saya yang sedikit paham bahasa inggris hehe). Meski harus bersusah payah berganti – ganti moda transportasi mulai dari MRT yang berpindah – pindah stasiun dan kemudian dilanjutkan menaiki bus dari perbatasan Singapura dan Malaysia yakni via Johor Baru. Keluar masuk kantor imigrasi “Woodlands” di waktu dini hari hanya untuk sebuah stempel perijinan memasuki negara Malaysia. Kemudian berhenti di sebuah terminal di perbatasan Johor Baru yakni terminal bus Larnkin tepat pukul 23.00 waktu setempat.
Karena semenjak dari penerbangan sore tadi, kami belum sempat mengisi perut akhirnya kami memutuskan membeli beberapa burger untuk sekedar ganjal perut agar tidak terlalu kelelahan karena seharian penuh telah melakukan perjalanan. Dan selang 30 menit kemudian bus yang kami tumpangi untuk sampai di Kuala Lumpur kota tujuan pertama kami sewaktu di Malaysia akhirnya melaju meninggalkan terminal bus Larnkin dan menuju terminal Bersepadu Selatan di Kuala Lumpur. Seiring perjalanan yang memakan waktu hampir sekitar 5 jam kami lebih memilih menghabiskan waktu perjalanan untuk beristirahat sejenak memejamkan mata untuk tidur. Selain karena kemudi yang dikendalikan Pak Cik (sebutan bagi bapak dalam bahasa Melayu) sangat tenang, suasana dini hari itu memang sangat cocok digunakan untuk tidur karena bus nya memang terasa nyaman. Dan setelah hampir 5 jam lamanya kami terjaga dari tidur, akhirnya tibalah kami di terminal tujuan akhir dari bus yang membawa kami dari terminal bus Larnkin ke terminal Bersepadu Selatan Kuala Lumpur. Tepat pukul 05.00 waktu setempat kami lagi – lagi seperti orang bingung yang tak tahu kemana kami harus berjalan. Dan sekali lagi Pak Cik pengemudi bus itu kembali menunjukkan kebaikannya. Beliau menunjukkan bagaimana kami harus memulai perjalanan kami pertama kali setibanya di Malaysia.
“ Kalian nak rehat sejenak di atas, lalu besok pagi kalian baru bisa lanjutkan perjalanan. Jam 7 pagi kereta nak siap. Kalian keluar sikit, dah nampak loket tuk beli tiket ke Batu Caves.”
Begitulah kiranya ucapan Pak Cik baik hati yang menunjukkan jalan awal kami ke Batu Caves. Heran bercampur kagum karena memang benar – benar berbeda, terminal yang kami temui di Malaysia memang sangat jauh berbeda ketimbang yang ada di Indonesia. Terminalnya besar, bersih, rapi, dan terawat dengan baik. Karena kami sampai di terminal masih terlalu pagi, kami memanfaatkan sejenak untuk istirahat, makan, sholat, dan setidaknya mencuci muka dan berganti pakaian. Karena memang terlihat sekali raut muka kelelahan selain karena menempuh perjalanan jauh yang cukup melelahkan, seharian badan kami juga belum tersentuh air sedikitpun alias belum mandi sejak kebarangkatan dari Indonesia. Bisa dibayangkan bukan betapa kotor, lusuh dan bau nya pakaian kami terkena debu dan keringat selama perjalanan.
Tepat pukul 07.00 pagi waktu setempat kami melanjutkan perjalanan, setelah berganti pakaian dan bersih - bersih walau hanya sekedar cuci muka setidaknya menjadikan penampilan kami sedikit lebih baik dari sebelumnya. Kami keluar menuju loket KTM (Komuter Transportasi Malaysia) untuk memesan tiket jurusan Batu Caves seharga RM 2.40 untuk satu tiket. Kembali kami merasakan suasana moda transportasi khas negara Malaysia yang kala itu masih lumayan sepi karena memang masih pagi. Nyaman sekaligus bersih dan cepat KTM itu juga menyita perhatian kami. Tepat pukul 09.00 pagi kami sampai di Batu Caves. Batu Caves adalah salah satu tempat peribadatan orang hindu khususnya warga India yang bermukim di Malaysia dan kini sudah dijadikan salah satu tempat wisata tersohor di Malaysia.
Sepi namun sejuk pagi itu, meskipun waktu sudah menunjukkan oukul 09.00 pagi namun suasana di Batu Caves masih sangat sepi entah karena memang kebiasaan wisatawan yang berkunjung siang hari atau karena umat hindu yang belum memulai aktifitas beribadahnya. Yang jelas kebanyakan dari mereka sudah memulai membuka lapak jualan yang berada di sekitar tempat wisata. Dan satu lagi keunikan yang ada di sana yakni terdapat ratusan ekor burung dara yang dipelihara oleh warga sekitar dan dibiarkan bebas di area sekitar patung emas Batu Caves. Setelah puas menikmati keindahan Batu Caves dan mengabadikan moment indah, perjalanan berlanjut ke Twin Tower Petronas. Salah satu icon yang terkenal pula di Malaysia. Untuk menuju kesana kami juga mengunakan moda transportasi KTM Komuter dari Batu Caves transit di KL Sentral yang merupakan pusat aktifitas penduduk Malaysia kemudian dilajutkan ke KLCC.
Megahnya KLCC memang patut diacungi jempol, jadi tak heran bila icon ini sangat tersohor di telinga para traveler. Tak lazim bila berkunjung ke Malaysia tanpa berfoto di depan Menara Petronas. Menara Petronas, menara megah yang dimiliki Malaysia memang terlihat megah. Terdiri dari puluhan lantai yang digunakan sebagai gedung perkantoran namun ketika ada wisatawan yang ingin berkunjung maka dikenakan tarif RM 80 (sekitar 240 ribu) untuk sekali masuk. Dan karena kami adalah traveler minim alias backpacker tanpa budget lebih jadi keputusan masuk ke Menara Petronas adalah hal yang mustahil kala itu.
Setelah puas berfoto dengan berbagai gaya kami melanjutkan perjalanan dengan KTM Komuter ke Pasar Seni. Kawasan dimana kami bisa membeli oleh – oleh untuk keluarga di rumah. Tak afdol bukan jika traveling ke luar negeri tanpa membeli buah tangan untuk keluarga. Meski hanya berupa kaos atau gantungan kunci tapi cukup lumayan bukan. Oleh – olehnya dibawa naik ke pesawat. Kalo saya saranin mending kalo ke Malaysia dan ingin beli oleh – oleh mending di Pasar Seni aja karena selain harganya murah di pasar ini barang – barangnya mudah di tawar dan kebanyakan penjualnya juga orang Indonesia atau setidaknya mereka paham dengan bahasa kita. Jadi mudah ditawar atau minta diskon hehe.
Tak terasa ternyata kami di dalam Pasar Seni hampir 2 jam lamanya dan kami pun melanjutkan perjalanan ke KL Sentral untuk segera ke KLIA (Kuala Lumpur International Airport) karena dari bandara inilah pesawat yang membawa kami dari Malaysia ke Singapura. Kami menggunakan KLIA Express. Sebuah kereta berkecepatan tinggi, penuh kenyamanan dan sebanding dengan harga. Dengan RM 35 per orang kami menikmati perjalanan dengan sukacita. Sampai pada akhirnya kami tiba di KLIA. Dengan penuh girang kami berdecak kagum karena keindahan arsitektur KLIA yang begitu amat megah dan bersih sekali. Meski sepi namun bandara ini juga merupakan salah satu bandara terbesar di Asia Tenggara. Dan disinilah kecerobohan saya terjadi. Karena terlena dan takut bertanya ternyata ini bukan bandara yang kami tuju untuk kembali ke Singapura. Seharusnya bandara tempat pesawat kami take off adalah di LCCT (Low Cost Carrier Terminal). Tanpa pikir panjang kami mencari cara agar segera sampai di LCCT, namun masalah kembali muncul karena mata uang ringgit kami sudah habis untuk belanja sedangkan untuk mencapai LCCT dari KLIA harus menggunakan bus yang bisa memakan waktu sampai 1 jam atau taksi bermeter yang hanya memakan waktu 30 menit dari KLIA. Dengan cepat kami memutar otak, mau tidak mau kami harus menukar Dollar Singapura (SGD) dengan Ringgit Malaysia (RM). Dan terpaksa kami melilih untuk menggunakan taksi bermeter agar segera sampai di LCCT supaya kami tidak ketinggalan pesawat.
Memang disetiap masalah pasti ada hikmahnya, karena kami salah bandara dan terpaksa harus menggunakan taksi bermeter yang jauh lebih mahal dari bus kami mendapat satu keuntungan. Kami sempat menikmati pemandangan Sirkuit Sepang. Sirkuit yang digunakan untuk balap F1 di Malaysia ini terlihat keren sekali, meskipun kita hanya menikmatinya sekilas tapi menambah referensi wisata kita kali ini.
Dan akhirnya tibalah kami di LCCT. Dengan taksi bermeter seharga RM 56.60 akhirnya kami sampai di bandara tepat waktu alias tidak sampai ketinggalan pesawat. Setelah check in kami bergegas ke gate untuk menunggu keberangkatan kami ke negeri ikan berkepala singa. Singapura we are coming.....