Ranukumbolo

Ranukumbolo
Surganya Gunung Semeru

Jumat, 19 September 2014

Day 1 : One Day Trip to Malaysia

“ Ladies and gentleman, welcome to Singapore. We have landed at the International Chang-I Airport Singapore. You should know that the difference between Indonesia and Singapore is 1 hour. And we have landed promptly at 17.10 p.m. We represent the captain and all the crew members to thank you for the trust you make the flight with us. I hope we can meet again in the next flight. Thank you. “
Suara ramah pramugari itu seketika membangunkan kami dari tidur yang lelap. Hampir setengah jam kami terjaga dari tidurnya di atas pesawat. Ya, siang itu kami melakukan penerbangan dari Indonesia ke Singapura. Rasa tidak percaya masih melekat rekat dibenak. Kami berhasil sampai di negara tetangga yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Tepat pukul 17.10 waktu Singapura menjadi pertama kali kami menginjakan kaki di Singapura. Kami yang terdiri dari saya sendiri Desy, Fera, Warti, dan Nanik. Mimpi yang dengan susah payah kami wujudkan demi satu tujuan “TRAVELING”.
Awalnya rencana ini hanya menjadi sebuah wacana, namun lambat laun mengoyak hati bahwa kami memang harus mewujudkannya. Dan akhirnya kami memilih traveling perdana dengan jalan Backpaker. Traveling dengan estimasi biaya atau budget yang minim namun bisa merasakan kemewahan dengan versi kami sendiri. Meskipun harus menjalani susah payah dan sedikit mengeluarkan banyak tenaga tapi menurut kami kepuasan justru terletak di dalam kesusahan itu.
Well, kita lanjut ke cerita selanjutnya. Ya seperti kebanyakan orang pada umumnya yang memang sebelumnya tidak mengenal apapun atau suatu daerah yang baru, kami kagum bercampur bingung ketika pertama kali turun dari pesawat dan masuk dalam bandara udara yang jadi salah satu bandara terbesar di dunia. Selain menjadi bandara yang terbaik Asia dan dunia, bandara ini juga merupakan bandara transit bagi para penumpang yang ingin terbang ke Malaysia dan banyak negara di benua Asia. Kami benar – benar tidak menyangka bahwa kami bisa melakukan semua ini. Mewujudkan mimpi yang awal mulanya hanya isapan jempol belaka tapi tanpa disadari kami mampu mengubahnya menjadi sebuah kenyataan. Bagai kawanan beberapa ekor anak ayam yang kehilangan induknya, disana kami hanya berbekal itinerary dan peta transportasi sederhana khas Singapura atau yang biasa disebut “MRT”. Kami mulai meraba dan menenmukan jalan kami sendiri. Bertanya kesana kemari dengan bahasa inggris (padahal diantara kami berempat hanya saya yang sedikit paham bahasa inggris hehe). Meski harus bersusah payah berganti – ganti moda transportasi mulai dari MRT yang berpindah – pindah stasiun dan kemudian dilanjutkan menaiki bus dari perbatasan Singapura dan Malaysia yakni via Johor Baru. Keluar masuk kantor imigrasi “Woodlands” di waktu dini hari hanya untuk sebuah stempel perijinan memasuki negara Malaysia. Kemudian berhenti di sebuah terminal di perbatasan Johor Baru yakni terminal bus Larnkin tepat pukul 23.00 waktu setempat.
Karena semenjak dari penerbangan sore tadi, kami belum sempat mengisi perut akhirnya kami memutuskan membeli beberapa burger untuk sekedar ganjal perut agar tidak terlalu kelelahan karena seharian penuh telah melakukan perjalanan. Dan selang 30 menit kemudian bus yang kami tumpangi untuk sampai di Kuala Lumpur kota tujuan pertama kami sewaktu di Malaysia akhirnya melaju meninggalkan terminal bus Larnkin dan menuju terminal Bersepadu Selatan di Kuala Lumpur. Seiring perjalanan yang memakan waktu hampir sekitar 5 jam kami lebih memilih menghabiskan waktu perjalanan untuk beristirahat sejenak memejamkan mata untuk tidur. Selain karena kemudi yang dikendalikan Pak Cik (sebutan bagi bapak dalam bahasa Melayu) sangat tenang, suasana dini hari itu memang sangat cocok digunakan untuk tidur karena bus nya memang terasa nyaman. Dan setelah hampir 5 jam lamanya kami terjaga dari tidur, akhirnya tibalah kami di terminal tujuan akhir dari bus yang membawa kami dari terminal bus Larnkin ke terminal Bersepadu Selatan Kuala Lumpur. Tepat pukul 05.00 waktu setempat kami lagi – lagi seperti orang bingung yang tak tahu kemana kami harus berjalan. Dan sekali lagi Pak Cik pengemudi bus itu kembali menunjukkan kebaikannya. Beliau menunjukkan bagaimana kami harus memulai perjalanan kami pertama kali setibanya di Malaysia.
“ Kalian nak rehat sejenak di atas, lalu besok pagi kalian baru bisa lanjutkan perjalanan. Jam 7 pagi kereta nak siap. Kalian keluar sikit, dah nampak loket tuk beli tiket ke Batu Caves.”
Begitulah kiranya ucapan Pak Cik baik hati yang menunjukkan jalan awal kami ke Batu Caves. Heran bercampur kagum karena memang benar – benar berbeda, terminal yang kami temui di Malaysia memang sangat jauh berbeda ketimbang yang ada di Indonesia. Terminalnya besar, bersih, rapi, dan terawat dengan baik. Karena kami sampai di terminal masih terlalu pagi, kami memanfaatkan sejenak untuk istirahat, makan, sholat, dan setidaknya mencuci muka dan berganti pakaian. Karena memang terlihat sekali raut muka kelelahan selain karena menempuh perjalanan jauh yang cukup melelahkan, seharian badan kami juga belum tersentuh air sedikitpun alias belum mandi sejak kebarangkatan dari Indonesia. Bisa dibayangkan bukan betapa kotor, lusuh dan bau nya pakaian kami terkena debu dan keringat selama perjalanan.
Tepat pukul 07.00 pagi waktu setempat kami melanjutkan perjalanan, setelah berganti pakaian dan bersih - bersih walau hanya sekedar cuci muka setidaknya menjadikan penampilan kami sedikit lebih baik dari sebelumnya. Kami keluar menuju loket KTM (Komuter Transportasi Malaysia) untuk memesan tiket jurusan Batu Caves seharga RM 2.40 untuk satu tiket. Kembali kami merasakan suasana moda transportasi khas negara Malaysia yang kala itu masih lumayan sepi karena memang masih pagi. Nyaman sekaligus bersih dan cepat KTM itu juga menyita perhatian kami. Tepat pukul 09.00 pagi kami sampai di Batu Caves. Batu Caves adalah salah satu tempat peribadatan orang hindu khususnya warga India yang bermukim di Malaysia dan kini sudah dijadikan salah satu tempat wisata tersohor di Malaysia.
Sepi namun sejuk pagi itu, meskipun waktu sudah menunjukkan oukul 09.00 pagi namun suasana di Batu Caves masih sangat sepi entah karena memang kebiasaan wisatawan yang berkunjung siang hari atau karena umat hindu yang belum memulai aktifitas beribadahnya. Yang jelas kebanyakan dari mereka sudah memulai membuka lapak jualan yang berada di sekitar tempat wisata. Dan satu lagi keunikan yang ada di sana yakni terdapat ratusan ekor burung dara yang dipelihara oleh warga sekitar dan dibiarkan bebas di area sekitar patung emas Batu Caves. Setelah puas menikmati keindahan Batu Caves dan mengabadikan moment indah, perjalanan berlanjut ke Twin Tower Petronas. Salah satu icon yang terkenal pula di Malaysia. Untuk menuju kesana kami juga mengunakan moda transportasi KTM Komuter dari Batu Caves transit di KL Sentral yang merupakan pusat aktifitas penduduk Malaysia kemudian dilajutkan ke KLCC.
Megahnya KLCC memang patut diacungi jempol, jadi tak heran bila icon ini sangat tersohor di telinga para traveler. Tak lazim bila berkunjung ke Malaysia tanpa berfoto di depan Menara Petronas. Menara Petronas, menara megah yang dimiliki Malaysia memang terlihat megah. Terdiri dari puluhan lantai yang digunakan sebagai gedung perkantoran namun ketika ada wisatawan yang ingin berkunjung maka dikenakan tarif RM 80 (sekitar 240 ribu) untuk sekali masuk. Dan karena kami adalah traveler minim alias backpacker tanpa budget lebih jadi keputusan masuk ke Menara Petronas adalah hal yang mustahil kala itu.
Setelah puas berfoto dengan berbagai gaya kami melanjutkan perjalanan dengan KTM Komuter ke Pasar Seni. Kawasan dimana kami bisa membeli oleh – oleh untuk keluarga di rumah. Tak afdol bukan jika traveling ke luar negeri tanpa membeli buah tangan untuk keluarga. Meski hanya berupa kaos atau gantungan kunci tapi cukup lumayan bukan. Oleh – olehnya dibawa naik ke pesawat. Kalo saya saranin mending kalo ke Malaysia dan ingin beli oleh – oleh mending di Pasar Seni aja karena selain harganya murah di pasar ini barang – barangnya mudah di tawar dan kebanyakan penjualnya juga orang Indonesia atau setidaknya mereka paham dengan bahasa kita. Jadi mudah ditawar atau minta diskon hehe.
Tak terasa ternyata kami di dalam Pasar Seni hampir 2 jam lamanya dan kami pun melanjutkan perjalanan ke KL Sentral untuk segera ke KLIA (Kuala Lumpur International Airport) karena dari bandara inilah pesawat yang membawa kami dari Malaysia ke Singapura. Kami menggunakan KLIA Express. Sebuah kereta berkecepatan tinggi, penuh kenyamanan dan sebanding dengan harga. Dengan RM 35 per orang kami menikmati perjalanan dengan sukacita. Sampai pada akhirnya kami tiba di KLIA. Dengan penuh girang kami berdecak kagum karena keindahan arsitektur KLIA yang begitu amat megah dan bersih sekali. Meski sepi namun bandara ini juga merupakan salah satu bandara terbesar di Asia Tenggara. Dan disinilah kecerobohan saya terjadi. Karena terlena dan takut bertanya ternyata ini bukan bandara yang kami tuju untuk kembali ke Singapura. Seharusnya bandara tempat pesawat kami take off adalah di LCCT (Low Cost Carrier Terminal). Tanpa pikir panjang kami mencari cara agar segera sampai di LCCT, namun masalah kembali muncul karena mata uang ringgit kami sudah habis untuk belanja sedangkan untuk mencapai LCCT dari KLIA harus menggunakan bus yang bisa memakan waktu sampai 1 jam atau taksi bermeter yang hanya memakan waktu 30 menit dari KLIA. Dengan cepat kami memutar otak, mau tidak mau kami harus menukar Dollar Singapura (SGD) dengan Ringgit Malaysia (RM). Dan terpaksa kami melilih untuk menggunakan taksi bermeter agar segera sampai di LCCT supaya kami tidak ketinggalan pesawat.
Memang disetiap masalah pasti ada hikmahnya, karena kami salah bandara dan terpaksa harus menggunakan taksi bermeter yang jauh lebih mahal dari bus kami mendapat satu keuntungan. Kami sempat menikmati pemandangan Sirkuit Sepang. Sirkuit yang digunakan untuk balap F1 di Malaysia ini terlihat keren sekali, meskipun kita hanya menikmatinya sekilas tapi menambah referensi wisata kita kali ini.
Dan akhirnya tibalah kami di LCCT. Dengan taksi bermeter seharga RM 56.60 akhirnya kami sampai di bandara tepat waktu alias tidak sampai ketinggalan pesawat. Setelah check in kami bergegas ke gate untuk menunggu keberangkatan kami ke negeri ikan berkepala singa. Singapura we are coming.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar